Beratnya beban dalam kurikulum pelajaran PKN memaksa saya harus berpikir keras, karena bagaimana tidak, anak dipaksa harus mengerti keseluruhan sistem negara ini hanya dalam waktu 6 bulan saja, itu pun tidak penuh, karena dalam satu minggu pelajaran PKN hanya mendapat jatah 2 jam pelajaran (satu jam pelajaran sama dengan tiga puluh lima menit) jadi bisa dibayangkan bagaimana saya harus memaksakan berbagai macam jenis istilah ke dalam otak mereka, poor them hehehe.
Salah satu yang harus dipahami adalah sistem pemilihan umum, setelah membahas sistem pemilu di negara kita dari mulai awal terbentuknya negara kita sampai membahas pemilu 2014 yang sudah di depan mata, akhirnya saya mendapatkan ide untuk mengadakan simulasi pemilu di kelas, dengan bermodal kocokan nama siswa, saya mulai menjalankan misi saya, tentu saja saya mengabungkan anak yang aktif dengan anak yang pemalu dalam satu tim. begini cara kerjanya, pertama saya memilih calon presiden dan calon wakil presiden serta lima orang tim sukses untuk membantu mereka membuat visi misi dan yell yell. Tim sukses ini adalah gambaran partai politik yang mengusung capres dan cawapres.
Dari hasil pemilihan maka terbentuklah enam tim, maka hiruk pikuk dimulailah, ide-ide bermunculan, riuh suara kelas saya biarkan, karena saya melihat antusiasme mereka, semangatnya para calon presiden belajar berorasi, di pojok kelas ada yang sibuk membuat visi, ada pula anak yang sibuk menjahili temannya, anak ini saya anggap mewakili oknum partai yang hanya menumpang hehehehe. tapi setelah menjalani masa persiapan selama satu jam, maka siswa saya giring ke lapangan untuk berorasi dan menjelaskan visi misi mereka, menggunakan pengeras suara saya berharap timbul keberanian dari mereka, dan memberi contoh kepada adik kelasnya untuk menjadi berani tampil.
Hiruk pikuk pemilu ternyata benar-benar terasa, mereka mulai menggunakan berbagai cara untuk menjaring masa (adik kelas mereka) mulai dari mencari tetangganya, menjanjikan membelikan permen (hahahahhaha bukan politik uang namanya, tapi politik permen :P) dan menyanyi supaya adik kelas tertarik untuk memilih. Saya sangat bangga melihat anak didik saya berani untuk tampil dan mengaspirasikan harapan mereka pada calon pemimpin negeri ini, visi yang paling banyak mereka lontarkan adalah mengenai korupsi, kemiskinan, dan narkoba.
Setelah enam tim maju dan menyuarakan visinya maka mulailah adik kelas memilih secara langsung, yaitu dengan cara berdiri di jajaran tim yang dipilih, maka terpilihlah Muhammad Farhan sebagai presiden. setelah itu mereka semua masuk kelas, drama politik selanjutnya terjadilah, tim yang kalah mulai melakukan banding dan membeberkan bukti-bukti kecurangan pihak yang menang, dikatakan ada suap-menyuap, atau karena memiliki tetangga yang bersekolah di tempat yang sama sebagai adik kelas, ohhhh god sungguh menarik mengamati semua ini, akhirnya setelah semua diselesaikan di muka hukum (ehem...saya jadi hukumnya hahahaha) maka semua selesai dengan damai, karena hukum tidak bisa dibeli dengan uang atau dengan permen hahahaha :). setelah simulasi selesai maka dijadwalkan untuk pemilu kedua dengan capres dan cawapres yang berbeda dan masa persiapan yang lebih panjang yaitu satu minggu.
Dari kegiatan ini maka saya adakan evaluasi, hal apa saja yang didapatkan siswa, maka mereka menjawab beragam, mulai dari harus siap menang dan juga harus siap kalah, harus jujur, dan berani. Inilah yang saya cari, makna dari pemilu itu sendiri yaitu kebersamaan, demokrasi, pembelajaran, dan tujuan dari politik itu sendiri yaitu menjadikan bangsa Indonesia maju sukses dan makmur. salam hangat dari kelas kami yang menarik. MERDEKA!!!!!!!
ini video contoh orasi siswa
Selengkapnya...