Sabtu, 15 April 2023

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

Koneksi Antar Materi modul 3.1 terasa mengharu biru bagi saya karena perasaan saya yang tergugah oleh banyaknya ilmu yang bisa saya terapkan untuk mengatasi berbagai kendala yang  ada , perkenalkan Nama Saya Wuri Handayani CGP Angkatan 7

 

1. Bagaimana hubungan filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang guru, seluruh perilakunya dianggap sebagai panutan masyarakat, sehingga membangun nilai diri harus menjadi panutan bagi siswa. Untuk membantu guru mengambil keputusan yang mempengaruhi terciptanya lingkungan yang positif, menggembirakan, aman dan menyenangkan, guru harus memiliki dan menuntun prinsip-prinsip pedagogik yang kita kenal sebagai Pelindung Tritunggal. Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu Ing ngarso Sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Motto tersebut berarti “Di depan menjadi role model ”, “di tengah membangun motivasi” dan “Di Belakang memberi dukungan”. Dengan bantuan Pratap  Triloka , seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu berkembang menjadi orang yang tahu bagaimana mengambil keputusan yang tepat dan berdiri di sisi siswa.

2. Bagaimana nilai-nilai yang kita pegang dalam diri kita memengaruhi prinsip-prinsip yang kita gunakan untuk mengambil keputusan?

Nilai-nilai yang ditanamkan kepada guru hendaknya berupa nilai-nilai kebajikan. Karena nilai-nilai luhur seorang guru diibaratkan seperti gunung es, yang terlihat kecil di permukaan air tetapi merupakan bagian besar dari alam bawah sadar kita. Nilai-nilai tersebut penting dan berpengaruh dalam pembentukan karakter sebagai seorang pendidik dan pengambil keputusan kepemimpinan. Sebagai guru aktivis masa depan, ada nilai-nilai yang perlu dipupuk dan diterapkan, seperti nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan mendukung siswa. Pengambilan keputusan yang tepat memerlukan nilai/prinsip, pendekatan dan langkah yang tepat sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang seminimal mungkin bagi semua pihak terutama dalam hal kepentingan siswa. Untuk membuat keputusan etis, perlu adanya kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam lembaga, sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan menjadi lebih jelas. 

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan yang diberikan terkait dengan kegiatan 'coaching' (membimbing) mitra atau fasilitator selama proses pembelajaran kita, terutama saat menguji pengambilan keputusan kita? Apakah pengambilan keputusan sudah efektif, apakah kita masih memiliki pertanyaan tentang pengambilan keputusan? Tentunya hal-hal tersebut dapat didukung dengan “pelatihan” yang telah dibahas sebelumnya.

Coaching skill adalah kemampuan menggali keterampilan orang lain untuk memecahkan masalah yang dihadapi coach. Keterampilan coaching yang harus dikuasai meliputi kemampuan mengajukan pertanyaan yang berkualitas, sikap positif, keterampilan mendengarkan dan memotivasi, kemampuan memimpin percakapan dan komitmen untuk belajar terus menerus. Pendekatan pelatihan sistematik dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan singkatan dari T: Tujuan,IIdentifikasi, R: Rencana aksi dan TA:Tanggung Jawab. TIRTA secara harfiah berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Saat kami mengistilahkan siswa  dengan air, biarkan mereka bebas, bebas mengalir ke hilir menuju potensi mereka yang tertinggi.
Kegiatan pelatihan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang saya buat. Apakah keputusan itu untuk kepentingan siswa, apakah itu konsisten dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu bermanfaat bagi banyak orang, apakah keputusan itu dibenarkan? harus mengetahui dan memahami kebutuhan belajar siswa serta keadaan sosial dan emosionalnya.Siswa harus mampu memecahkan sendiri masalahnya dalam pembelajarannya sendiri. Guru-pelatih dalam hal ini adalah guru karena menggali potensi siswanya dengan mengajukan pertanyaan sehingga mereka dapat menemukan potensi yang tersembunyi untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Untuk membuat keputusan yang baik, keterampilan pelatihan sebagai manajer pembelajaran membantu kami mengajukan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi untuk pengambilan keputusan. Pembinaan juga memengaruhi proses pembelajaran siswa, membantu saya membuat pilihan yang tepat yang mewujudkan lingkungan belajar yang positif, mendorong, aman, dan menyenangkan. 
Sesi Coaching dapat membantu guru memaksimalkan potensi mereka dan memecahkan masalah. Hal ini memungkinkan guru untuk menggunakan teknik coaching yang tepat sebagai sarana mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan ketika menghadapi dilema etika atau keyakinan moral kepada siswa.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosio-emosionalnya mempengaruhi pengambilan keputusan khususnya dilema etika?

Dalam melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar peserta didiknya serta mengelola kemampuan sosial dan emosionalnya untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Membuat keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosio-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri, kesadaran sosial dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat diinginkan untuk mengetahui bagaimana menerapkan penilaian dalam proses pengambilan keputusan, terutama mengenali pilihan yang berbeda dan kemungkinan hasil dan meminimalkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam masalah etika di mana keduanya memiliki nilai kebenaran yang sama. 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mampu mengenali masalah yang mereka hadapi, apakah itu masalah etika atau keyakinan moral. Pendidik dengan nilai pengajaran inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif dapat membimbing siswa dalam pengambilan keputusan dan mengenali potensi diri untuk mengatasi tantangan. Guru melakukan dan bertindak untuk kepentingan siswa, mempertahankan prinsip/nilai sendiri dan melakukan apa yang guru ingin orang lain lakukan. Ada banyak cara untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab:
Mari kita pertimbangkan prinsip dan langkah-langkah untuk membuat dan menguji keputusan terkait masalah tersebut. Dan ketika masalahnya adalah dilema etika atau benar versus benar, guru harus mempertimbangkan 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengujian pengambilan keputusan. 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai pemimpin pembelajaran, kita sering menghadapi situasi di mana kita harus mengambil keputusan, namun terkadang kita masih kesulitan mengambil keputusan, terutama dalam situasi problematis yang kita hadapi, mis. B. Lingkungan tidak mendukung, sebaliknya. aturan tidak diikuti oleh pemimpin karena merasa lebih berwibawa dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah sempurna, perbedaan cara pandang dan adanya dilema etika dan keyakinan moral. Untuk mengambil keputusan penuh dan mempengaruhi terciptanya lingkungan yang positif, menguntungkan, aman dan nyaman, pertama-tama kita harus menentukan terlebih dahulu apakah masalah tersebut merupakan masalah etika atau keyakinan moral. Jika masalah di atas merupakan dilema etika, maka sebelum mengambil keputusan kita harus bisa menganalisa sebuah keputusan berdasarkan empat paradigma, tiga prinsip dan 9 langkah membuat dan menguji keputusan agar Pilihan yang kita ambil bisa positif, menguntungkan, lingkungan yang kondusif dan nyaman bagi siswa. Intinya keputusan penuh atas suatu masalah persuasif atau dilema etika hanya dapat dicapai apabila diambil melalui 9 tahap pengambilan keputusan dan pengujian. Dapat dipastikan jika pengambilan keputusan dilakukan dengan hati-hati melalui proses analisis kasus yang cermat dan akurat dengan menggunakan 9 langkah di atas, keputusan tersebut mempertimbangkan semua kepentingan para pihak, maka akan ada dampaknya. tentang menciptakan lingkungan yang positif, mendukung, kondusif dan nyaman. 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Di lingkungan saya sendiri, fakta bahwa guru atau siswa sekolah lain tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dianggap sebagai tantangan, menciptakan perspektif berbeda tentang situasi yang sebenarnya membuat sulit untuk mengambil keputusan yang tepat.

Seperti yang kita ketahui, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan. prinsip pemikiran berorientasi hasil (end basedthinking), kita juga harus melihat aturan di balik keputusan kita (rules-based thinking), prinsip pemikiran berbasis perawatan (care-based thinking). Tentu saja, jika kita berpedoman pada 3 prinsip ini, tantangannya lebih sedikit dibandingkan dengan tidak menerapkan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Sebagai seorang guru, saya merasakan dampak yang dapat dirasakan dan dilihat dari materi krusial Modul 3.1. Tujuan pembelajaran adalah untuk membebaskan peserta didik agar dapat mencapai karakternya sesuai dengan potensinya. Dulu, kita sering menemui masalah, tapi kita tidak bisa menyelesaikan masalah dengan membuat keputusan yang tepat. Dengan semua materi yang dipelajari di Modul 3.1 kita harus memperhatikan beberapa hal penting saat mengambil keputusan terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang kita buat baik. Dampak bagi siswa, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah memberikan rasa aman dan bahagia kepada siswa, sehingga mereka aman dan bahagia. 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran, seorang guru harus bisa menuntun kodrat anak sebaik-baiknya dalam rangka menuntun mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Oleh karena itu dalam proses pengambilan keputusan harus berpihak pada murid. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya dapatkan dalam pembelajaran materi modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya adalah merupakan satu kesatuan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam sebuah keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Untuk membuat keputusan yang baik, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Ini juga membantu siswa menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri. Keterampilan coaching dapat diterapkan pada teman sebaya dan masyarakat terkait dengan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran. Selanjutnya pengambilan keputusan membutuhkan kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan interpersonal (relationship skills), dan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam kesadaran penuh (mindfullness) dan sadar dengan pilihan dan hasil yang berbeda.


Ada banyak dilema etika dan keyakinan moral yang terlibat dalam implementasi profil pelajar Pancasila, sehingga diperlukan panduan sembilan langkah untuk membuat dan menguji keputusan untuk memutuskan dan menyelesaikan masalah agar keputusan tersebut berpihak pada mahasiswa. menerapkan belajar mandiri.

11. Seberapa baik pemahaman Anda terhadap konsep-konsep yang Anda pelajari pada modul ini, yaitu:
masalah etika dan keyakinan moral, 4 paradigma keputusan, 3 prinsip keputusan, dan 9 fase keputusan dan pengujian. Apakah ada hal-hal yang menurut Anda tidak terduga?

Tentu saja, dalam peran sebagai seorang pendidik, kita sering menemukan diri kita dalam situasi di mana kita harus mengambil keputusan yang memiliki nilai universal, yang keduanya memiliki nilai yang benar, tetapi saling bertentangan. Namun sesulit apapun keputusan yang diambil, sebagai seorang guru harus selalu mengikuti tiga unsur demi kepentingan terbaik siswa, berdasarkan kebajikan universal dan bertanggung jawab atas segala akibat dari keputusan yang diambil. Dilema etika sendiri terdiri dari dua pilihan yang sama-sama benar, sedangkan keyakinan moral terdiri dari dua pilihan, salah satunya adalah pilihan yang salah. Jadi masuk akal bahwa dilema etika adalah benar vs. benar, sedangkan keyakinan moral adalah keputusan yang benar vs. salah. 

Biasanya ada model, pola, atau paradigma yang muncul dalam situasi dilema etika

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Individu versus kelompok (individu versus komunitas)

2. Keadilan vs Belas Kasihan (Keadilan vs Belas Kasihan)

3. Kebenaran vs Loyalitas (Kebenaran vs Loyalitas)

4. Jangka pendek vs. jangka panjang (jangka pendek vs. jangka panjang)

Guru sebagai fasilitator juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika dan mengevaluasi prinsip mana yang cenderung dia terapkan dalam pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:


Berpikir berdasarkan tugas utama

pemikiran berbasis aturan

Pemikiran peduli

Keputusan, meskipun berdasarkan prinsip atau nilai tertentu, tetap memiliki konsekuensi. Pada akhirnya, kita harus ingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil harus dilandasi oleh rasa tanggung jawab yang penuh, nilai-nilai kesejahteraan universal dan keberpihakan siswa. 

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah benar. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut sesuai dengan prinsip dasar keputusan berbasis nilai yang baik.

Ada 9 fase pengambilan keputusan dan pengujian

1. Kenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan

2. Cari tahu siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi

4. Benar atau salah (ujian hukum, uji regulasi, uji kelembagaan, uji publikasi, uji panutan/idola)

5. Tes paradigma benar atau salah

6. Prinsip pengambilan keputusan

7. Investigasi trilemma

8 membuat sebuah keputusan

9. Meninjau dan merenungkan keputusan  

Apa yang saya temukan tidak terduga adalah ketika saya membuat keputusan, saya pikir saya hanya perlu mengumpulkan fakta dan melihat apa yang benar atau salah. Ternyata ketika Anda membuat keputusan, Anda tidak hanya harus melakukan apa yang menurut saya harus Anda lakukan, Anda harus mempertimbangkan empat paradigma dan tiga prinsip serta membuat sembilan keputusan. Karena saya selalu berargumen bahwa cukup mengambil keputusan dengan risiko paling kecil untuk institusi dan diri Anda sendiri.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya mengalami dilema etika terkait dengan suatu masalah atau kasus. Keputusan yang saya buat saat itu seringkali didasarkan pada intuisi, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya untuk orang lain. Saat mempelajari Modul 3.1, saya merasa bahwa berpikir dengan hati-hati adalah prinsip pengambilan keputusan, terutama saat berhadapan dengan dilema etika. 

Dalam hal terjadi keyakinan moral atau dilema moral saya berada dalam situasi seperti itu, tetapi ketika itu terjadi, saya mencoba memikirkan dan menganalisis pro dan kontra dari situasi yang saya hadapi dan mengambil keputusan. kolega, teman atau anggota keluarga yang Anda pandang sebagai panutan atau panutan. Proses pengambilan keputusan saya tidak persis sama dengan konsep yang dipelajari di modul, tetapi ada persamaannya. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran dan kepalsuan serta menguji model dan berhala.

13. Apa dampak mempelajari konsep ini bagi Anda, perubahan apa yang ada dalam cara Anda mengambil keputusan sebelum dan sesudah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari Modul 3.1 saya merasa menjadi lebih percaya diri dalam pengambilan keputusan, khususnya sebagai pembelajar. Setelah tes keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri, mengetahui bahwa keputusan saya benar dan efektif. Jadi dengan mengambil langkah yang tepat, maka akan meminimalisir dampak negatif dari keputusan yang saya buat karena saya mengambil langkah yang tepat. Dan setiap keputusan yang saya buat di masa depan akan bermanfaat bagi siswa. Untuk mempengaruhi kemajuan pendidikan, saya juga merasa mendapatkan ilmu yang berharga sebagai individu, terutama ketika saya mempertimbangkan masalah yang saya hadapi. 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Saya percaya bahwa kemampuan mengambil keputusan ini sangat penting, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin di sekolah, agar kita dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta terhindar dari keputusan yang gegabah. Sebelum saya belajar tentang pengambilan keputusan saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur, sekarang saya mengerti bagaimana keputusan dibuat. Membuat keputusan dan membedakan antara dilema etika dan motivasi moral serta menggunakan sembilan tahap pengambilan keputusan memberi saya kepercayaan diri untuk membuat keputusan yang tepat. Mempraktikkan keterampilan pengambilan keputusan ini dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

Selengkapnya...